Idul Adha : das Islamische Opferfest
Hari raya Idul Adha 1433 H tahun ini saya rayakan bersama masyarakat muslim Indonesia di München, bersama pengajian masyarakat muslim münchen (PM3), pada hari Jumat 26 Oktober 2012. Dalam bahasa Jerman, hari raya Idul Adha atau hari raya kurban dikenal sebagai Opferfest. Sholat Ied dimulai pada jam 09.00. Maklum, berhubung sudah memasuki musim gugur, matahari terbit lebih siang, shalat Shubuh pun baru dilaksanakan jam 06.05 waktu Jerman. Jamaah yang hadir saya rasakan lebih sedikit dibandingkan dengan jamaah shalat Iedul Fitri yang lalu. Hari raya yang jatuh pada hari kerja, sehingga mungkin banyak jamaah yang tidak dapat mengambil cuti untuk merayakan Idul Adha. Saya sendiri, tidak mengambil cuti karena pekerjaan saya di laboratorium harus saya selesaikan hari itu juga, mengingat saya menggunakan sel mamalia untuk eksperimen saya. Setelah shalat Ied dan ramah-tamah, saya harus segera kembali ke kampus untuk mengerjakan tugas-tugas saya.
Bertindak sebagai Imam dan khotib adalah Ustadz Bambang Suryo Darwanto, yang dalam khotbahnya mengulas Pelajaran dari kisah Ibrahim as yang meliputi syariat kurban, serta peran kemanusiaan dibalik kisah Ibrahim yaitu peran anak (ketaatan Ismail atas perintah Allah), ibu (peran perempuan yang berkorban dalam dalam kemanusiaan, sosok Siti Hajar) dan peran ayah (sosok Ibrahim). Ketaatan yang paling pertama dilakukan dan sangat utama yang dicontohkan Ibrahim as. adalah dalam menegakkan shalat. Beliau menempatkan keluarganya di tanah suci, tempat yang tiada kehidupan agar mereka menegakkan shalat.
Jika di Indonesia, setelah shalat Ied biasanya dilakukan penyembelihan hewan kurban, maka tidak disini. Himbauan yang disampaikan FORKOM adalah mengumpulkan uang di Jerman, lalu disalurkan melalui lembaga pengelola kurban di Indonesia. Hal ini karena masyarakat awam tidak diperkenankan menyembelih hewan secara pribadi, serta dirasa fakir miskin di Indonesia lebih membutuhkan dibandingkan muslim di Jerman.
Setelah jabat tangan antar jamaah, acara dilanjutkan dengan makan bersama. Selain masakan Indonesia, tersedia juga hidangan Eropa dan Timur Tengah. Acara semakin semarak dengan sajian live music Nasyid kolaborasi Imam Rahmansyah dan Deni Ismail. Sayang saya tidak bisa menyaksikan penampilan mereka secara penuh, karena saya harus segera kembali ke kampus. Alhamdulillah, lebaran Idul Adha kali ini saya mendapat beberapa kenalan mahasiswa Indonesia yang baru datang untuk belajar di München, tambah silaturahmi tentunya.
Foto koleksi : Elka Sunarkito
khotbah Idul Adha München 1433 H