Cerita Ramadhan 1434 H
Ramadhan tahun ini adalah untuk ketiga kalinya saya menjalaninya di negeri Bavaria. Apa yang menarik dari ramadhan tahun ini Pak? Begitu kira-kira pertanyaan salah satu kolega saya di Indonesia. Ramadhan tahun ini sangat berebada dengan dua tahun sebelumnya. Pertama adalah penyelenggaraan piala dunia 2014 di Brasil, dimana setiap pertandingan disiarkan menjelang berbuka, atau bahkan setelah berbuka. Kedua adalah penyelenggaraan pemilihan presiden di Indonesia,yang berimbas pada perang antara pendukung pasangan capres di dunia maya. Bagi saya tentu saja hal ini sangat mengganggu kegiatan puasa, alhasil saya unfollow ataupun unfriend teman saya yang hobi perang di
Sebagai salah satu manusia yang tinggal di negara peserta piala dunia, mau tidak mau saya terlarut dalam euphoria penyelenggaraan pesta sepak bola yang digelar empat tahun sekali. Betapa tidak, setiap kali ada pertandingan antara tim nasional Jerman melawan tim manapun, hal itu berimbas pada kehidupan saya selama ramadhan di Jerman. Kegiatan di lab saya praktis berhenti dua jam sebelum pertandingan, karena setiap orang ingin menyaksikan tim kesayangan mereka berlaga. Entah mengadakan acara nonton bersama di kampus, biergarten ataupun pub dan café. Saya sendiri memilih menyaksikan pertandingan di Olympiapark melalui layar raksasa, tentunya jika pertandingan dimulai pada jam 18.00. Jika pertandingan dimulai tepat menjelang berbuka atau setelah berbuka puasa, saya memilih menyaksikannya melalui online streaming salah siaran televisi Jerman. Puncaknya pada saat acara final antara Jerman melawan Argentina. Berada diantara ribuan orang dalam satu arena memeberikan sensasi tersendiri untuk saya. Beruntung pertandingan dimulai beberapa menit menjelang berbuka puasa, sehingga saya bisa berbuka puasa terlebih dahulu. Riuh rendah teriakan ribuan manusia tumpah ruang menjadi kegembiraan yang luar biasa tatkala peluit panjang ditiup oleh wasit mengakhiri babak perpanjangan waktu. Ribuan orang turun ke jalanan utama di kota München. Kembang api-pun mulai menghiasi langit kota. Sementara saya, langsung kabur ke apartemen saya, menghindari kawanan orang yang memulai pesta minum. Kebetulan apartemen saya dengan stadion hanya berjarak satu blok. Keesokan harinya suasana sepi di lab saya. Orang-orang tampaknya masih tertidur setelah semalaman merayakan kemenangan, bahkan ada beberapa kolega lab saya yang datang setelah makan siang.
Selain suasana piala dunia yang meriah, ramadhan tahun ini juga bagi saya lumayan lebih ringan dijalani ketimbang tahun lalu. Cuaca hujan dan mendung menghiasai hampir sebagian besar hari-hari ramadhan tahun ini di München. Selain tidak cepat merasa haus, cuaca tersebut membuat orang tidak menggunakan baju kebesaran musim panas mereka sehingga bagi saya lebih mudah untuk menjaga pandangan.
Tak terasa hari ini adalah hari terakhir ramadhan tahun ini. Tadi malam, saya menikmati sajian buka puasa bersama di Pengajian Muslim PM3 München. Pagi ini saya bertolah ke Berlin menempuh perjalanan 6 jam dengan bus untuk mengunjungi salah satu sahabat saya, bertemu teman lama saat kuliah S1 dulu, serta merayakan hari raya Idul Fitri di Kedutaan Besar Republik Indonesia. Perjalanan dari kota München pun dimulai dengan hujan rintik-rintik. Setelah 3 jam perjalanan, bus berhenti di Münchberg, kota kecil di dekat kota Hof, untuk berganti sopir dan beristirahat makan.
Perjalanan kembali berlanjut, 3 jam berselang bus yang saya tumpangi pun tiba di ibu kota negara Jerman, Berlin. Saya disambut hangat oleh teman saya, dan diantar ke apartemennya. Setelah beristirahat, kami pun berangkat ke IWKZ untuk berbuka puasa terakhir di Ramadhan tahun ini. Ada suasana berbeda yang saya temui dibandingkan di München. Di Berlin, khususnya IWKZ, suasana didominasi oleh anak muda, bahkan saya bilang anak-anak kecil yang baru lulus SMA, untuk belajar bahasa dan menempuh pendidikan Studienkollege sebelum mereka masuk ke universitas untuk mengambil kuliah S1. Pagi harinya kami berangkat bersama ke kedutaan besar republik Indonesia untuk melaksanakan shalat Ied berjamaah.